Kamis, 26 Agustus 2010

the last samurai

Rasanya baru saja saya mengenal beliau. seorang perempuan berdarah jepang dan keturunan samurai yang sangat luar biasa. tiba-tiba, kemarin, di hari Rabu, pada pukul 14 siang beliau menghembuskan nafas terakhir. Jam yang sama, hari yang sama, seperti biasanya beliau membabarkan Dharma untuk ibu-ibu BDI.

semenjak kecil, saya mungkin (kok mungkin? pastinya demikian)dikenal oleh beliau sebagai salah satu anak yang sangat nakal, tidak bisa diam dan selalu aktif (mungkin kalau sekarang sudah diberi label ADHD). seingat saya, saya pernah masuk ke kolam ikan beliau (ha.ha.ha. bagaimana caranya, saya tidak ingat, hanya para orangtualah yang selalu berkomentar hal tersebut). sedemikian nakalnya diri ini dihadapan beliau.

menginjak remaja, banyak hal yang saya pelajari dari beliau. bagaimana tata krama, menjalin relasi dengan orang lain serta ajaran-ajaran agama Buddha pun saya serap dari beliau. bagaimana saya memandang orang lain, bagaimana perasaan jiwa yang muncul sekejap hingga cinta tanah air saya pelajari dari beliau. walaupun sebagai keturunan samurai, beliau sangat mencintai Indonesia. dari hal ini, saya belajar, bagaimana saya pun mencintai bangsa ini. mungkin terkadang orang-orang disekitar saya mengatakan saya terlalu cinta tanah air. buat saya, tidak masalah saya diejek, akan tetapi, jangan pernah mengejek tanah air dimana saya dilahirkan, dibesarkan dan akan meninggal kelak. semua hal tersebut saya dapatkan dari seorang ibu. Ibu yang bernama Keiko Senosoenoto. di akhir hayatnya, beliau pun mendapatkan nama hukum (saya tidak ingat, sehingga tidak berani menulisnya).tidak semua akan mendapatkan nama hukum saat meninggal. hanya orang-orang tertentulah yang akan mendapatkannya.

Ada satu yang masih belum terjawab oleh saya dan belum dijawab oleh beliau hingga akhir hayatnya untuk saya. mengapa saya tidak boleh berbicara tentang "proses" sedangkan yang lain boleh?? bila saya tanya, beliau hanya tersenyum dan dibawa hingga akhir hayatnya. banyak hal yang saya dapatkan dan pelajari sebagai bekal hidup saya dapatkan dari Ibu. selamat jalan ibu, sampai berjumpa lagi...

Selasa, 24 Agustus 2010

Merokok, Kebahagiaan dan Egois

mendengar tentang seseorang merokok adalah sesuatu hal yang biasa saja. buat saya, orang mau merokok atau tidak, adalah hak pribadi. tidak ada yang dapat melarang seseorang merokok. apalagi rokok tersebut dibeli memakai uangnya sendiri dan di dalamnya sudah terkandung pajak yang dibayarkan (walaupun tidak ada gunanya pajak tersebut dibandingkan akibat yang diberikan kepada masyarakat).

memang, saya pribadi bukan orang yang 100% anti rokok, hanya kurang menyukai apabila orang merokok tidak pada tempatnya. dulu pun saya perokok. saya merokok mulai dari kelas 1 SD (Dibohongi oleh penjual rokok, yang katanya itu permen) hingga kelas 3 SMP. selepas itu hingga saat ini, dapat dikatakan saya bersih dari rokok (saya dapat berhenti merokok karena saya mau. jadi BOHONG kalau perokok mengatakan tidak dapat berhenti. Perokok bukanya tidak dapat berhenti, tetapi TIDAK MAU berhenti). merokok memang terlihat menyenangkan dan membuat orang2 yang menghisap 5000 jenis racun tersebut menjadi bahagia (bahagia karena menghisap ribuan racun tapi tidak mati2).

hanya, kebahagiaan tersebut, tidak semua orang dapat menikmatinya. artinya, merokok yang katanya dapat membuat bahagia dan tenang, tidak menular seperti orang yang tertawa (tertawa dapat menular loh...). bahkan seringkali, kekesalan orang-orang disitarnya yang tampak. bagaimana tidak, bila di dalam bus kota dia tetap merokok (ciri orang egois, yang memang kalau dipikir-pikir hidupnya tidak dapat meningkat, karena tidak pernah mau memikirkan orang lain) tanpa memedulikan berapa banyak penumpang lain yang kesal.

terlebih lagi, kejadian kemarin sore....mobil yang saya parkir dengan rapih dan sesuai dengan aturan parkir, dipakai sebagai asbak oleh perokok ???!!!???? entah ada dimana pikiran orang tersebut (mungkin memang sudah tidak punya pikiran ya, karena menghisap ribuan racun...). hasilnya? wiper bagian kanan saya bolong karena dijadikan tempat mematikan rokok..... mau marah?? tentu... tetapi kalau dipikir lagi, saya justru berterima kasih sama yang melakukan... terima kasih karena telah membuktikan salah satu teori saya, bahwa perokok memang.......TULALIT...

Senin, 23 Agustus 2010

Rhenald Kasali

*RHENALD KASALI *

*Thursday, 15 July 2010*
LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah
tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. *

Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya
itu telah
diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat,bagus sekali. Padahal
dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.

Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan
kepada saya dan
saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu
buruk, logikanya sangat sederhana. *

Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan
diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai?
Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah
diberi nilai
tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru
yang menerima saya hanya bertanya singkat. "Maaf Bapak dari mana?"

"Dari Indonesia," jawab saya. Dia pun tersenyum.*

*Budaya Menghukum *

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya.

Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.

"Saya mengerti," jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap
simpatik itu. "Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang
anakanaknya dididik di sini,"lanjutnya. "Di negeri Anda, guru sangat sulit
memberi nilai.Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan
untuk merangsang orang agar maju. Encouragement!" Dia pun melanjutkan
argumentasinya.

"Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbedabeda. Namun untuk
anak sebesar
itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat
menjamin, ini adalah karya yang hebat," ujarnya menunjuk karangan berbahasa
Inggris yang dibuat anak saya. Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran
berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.

Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang
nilai "A", dari program master hingga doktor. Sementara di Indonesia,
saya harus
menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji
yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan
mudah.

Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap.
Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan
penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan
begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafikgrafik yang saya buat
dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.

Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan
penuh keterbukaan. Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering
saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut "menelan"
mahasiswanya yang duduk di bangku ujian. *

Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan,
penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap
seakan-akan
kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang
luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat
saya sangat tidak manusiawi. Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan
discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan
pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata
belakangan
saya temukan juga menguji dengan cara menekan.

Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana
guru-guru di
Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di
sana mampu
menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel.
Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan
karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak. Kembali ke
pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. "Janganlah kita
mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di
depan," ujarnya dengan penuh kesungguhan.

Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk
verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya
tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk
bekerja lebih keras, seperti berikut. "Sarah telah memulainya dengan berat, dia
mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang
berarti." Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup
keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi
penilaian yang tidak objektif. Dia pernah protes saat menerima nilai E yang
berarti excellent (sempurna),tetapi saya mengatakan "gurunya salah". Kini saya
melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

*Melahirkan Kehebatan *

Bisakah kita mencetak orangorang hebat dengan cara menciptakan
hambatan dan rasa
takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta
ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan
penghapus
yang dilontarkan dengan keras oleh guru,sundutan rokok, dan seterusnya. Kita
dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas...; Kalau,...; Nanti,...;
dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di
sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih
disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan
mengendurkan
semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia
tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya,dapat
tumbuh.

Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat
dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia
dapat tumbuh,
sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang
pintar dan
ada orang yang kurang pintar atau bodoh.*

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.

Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman
atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau
memberi ancaman yang menakut-nakuti.(*) *

*RHENALD KASALI *
*Ketua Program MM UI*
*http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/338297/*

Sungguh .... kita masih memerlukan jutaan guru yang bisa meng-*encourage* ...

GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG BERMAIN GAME ONLINE

ABSTRAK

Gambaran kesejahteraan psikologis pada remaja yang bermain game online.
Yustinus Tegus, S.Psi., Sandi Kartasasmita M.Psi.


Saat ini game online banyak digemari oleh para remaja di Indonesia. Game online ini memiliki dampak positif dan negatif bagi para pemainnya. Salah satu dampak positif dari game online adalah terbentuknya kesejahteraan psikologis pada pemainnya. Menurut teori yang dikemukakan oleh Carol Ryff, kesejahteraan psikologis adalah sebuah keadaan psikologis seseorang yang sehat sehingga berpengaruh secara positif terhadap kehidupannya. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat gambaran kesejahteraan psikologis pada remaja yang bermain game online. Data diambil melalui teknik survey pada 178 responden dan didapat 115 responden yang memenuhi kriteria untuk analisis data. Hasil yang didapat adalah dimensi pertumbuhan pribadi dan dimensi hubungan positif dengan orang lain pada remaja yang bermain game online cenderung rendah. Sementara itu dimensi penerimaan diri, dimensi penguasaan lingkungan, dan dimensi tujuan hidup pada remaja yang bermain game online cenderung tinggi, selanjutnya adalah remaja yang bermain game online tidak memiliki dimensi otonomi.

Kamis, 19 Agustus 2010

Etika Psikologi

Etika adalah hati nurani. memahami etika tanpa disadari kita sedang berupaya memahami diri kita sendiri. menjadi manusia yang beretika tentunya adalah manusia yang dapat menghargai orang lain. selain itu, juga tidak memperlakukan orang lain seperti kita tidak ingin diperlakukan seperti itu.


Seorang Psikolog profesional membutuhkan pemahaman etika saat praktek
Apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan etika?
Pengetahuan apa saja sebaiknya dimiliki oleh psikolog dalam rangka menentukan sesuatu etik ataupun tidak etik
Bagaimana pula keputusan yang diambil oleh psikolog diterjemahkan dalam kegiatan tertentu disebut etik?

Rabu, 18 Agustus 2010

Game OnLine

Bermain adalah suatu aktifitas yang menyenangkan. tidak hanya untuk anak-anak saja, akan tetapi orang dewasa bahkan lanjut usia pun akan terlihat bergembira saat bermain. terdengar begitu luar biasa serunya bila merasakan suatu permainan yang disukai. terdapat banyak ragam permainan di dunia ini. mulai dari permainan yang sederhana hingga yang kompleks. mulai dari yang tradisional hingga modern.

Permainan modern yang sekarang banyak digeluti masyarakat dunia adalah bermain game melalui internet. bahasa kerennya game online. permainan game online terlihat begitu sederhana, hanya tinggal pencet tombol, memainkan tetikus, selesai. Rasanya hanya bermain sendiri dengan komputer..... kok bisa ya orang-orang menjadi ketagihan, bahasa kerennya addiction by proxy. Nanti dulu, bagi yang belum pernah bermain game online akan merasa seperti itu. bagi saya, lain lagi urusannya.

salah satu permainan yang saat ini saya ikuti adalah Perangkaum. di permainan tersebut saya membangun sebuah desa. dari desa kecil hingga menjadi kuat. setelah kuat mulailah melihat desa-desa di sekitar, apakah ada yang dapat ditaklukan? (aggression behavior) setelah berhasil menaklukan satu, ingin punya dua, tiga dan seterusnya hingga tidak ada habisnya (achievement). hanya itu saja?? belum selesai...di permainan tersebut kalau mau bertahan ada baiknya memasuki satu kaum. dari kaum tersebut, saya mulai berkenalan dengan banyak teman seperjuangan... berjuang bersama untuk mempertahankan martabat (karena kaum dihina, diejek ataupun diserang oleh kaum lain... Togetherness)....

banyak hal yang dapat digali dalam suatu permainan online. mudah-mudahan saya mendapatkan data untuk penelitian lebih mendalam dari sebuah permainan online untuk kemajuan umat manusia....

Selasa, 17 Agustus 2010

Kemerdekaan

Merdeka atau mati, itulah semboyan 65 tahun yang lalu. Semboyan di saat para pejuang berupaya memperoleh kemerdekaan Republik Tercinta ini. Enam puluh lima tahun telah berlalu, perjuangan sudah berubah, bukan lagi antara kemerdekaan atau kematian.

perjuangan dari bambu runcing sudah menjadi perjuangan dalam bentuk buah-buah pemikiran yang dituangkan pada lembaran-lembaran kertas hasil buah pikir anak bangsa.
buah pikir yang nantinya akan membawa Bangsa Indonesia kepada kejayaan. Kejayaan karena kemampuan masyarakatnya yang hidup di alam kemerdekaan.

Merdeka bukan berarti berhenti. Merdeka berarti melakukan sesuatu yang lebih untuk kesejahteraan masyarakat. sesuatu yang lebih berharga daripada sekedar melakukan tindakan-tindakan yang bersifat anarkis dengan alasan apapun juga.

Hari ini, 17 Agustus 2010, Bangsa Indonesia merayakan ulang tahunnya yang telah melewati setengah abad, enam puluh lima tahun tepatnya. selama enam puluh lima tahun ini, banyak hal yang sudah dihasilkan bangsa ini. Hasil, karya dan berbagai hal yang mengukir sejarah umat manusia telah berhasil ditorehkan ke dalam buku sejarah.

hanya sayang, hal-hal positif tersebut, ditenggelamkan dengan pandangan-pandangan negatif dan buruk sangka tentang bangsa tercinta. masih banyak diantara kita yang merasa bahwa bangsa-bangsa tertentu lebih baik daripada bangsa Indonesia. suatu pemikiran yang tidak salah tetapi juga tidak terlalu tepat. bagaimana bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat dan besar apabila rakyatnya tidak memiliki rasa cinta tanah air??

cinta tanah air bukanlah sekedar slogan atau buah bibir semata. cinta tanah air adalah bagaimana kita sebagai warga negara melakukan yang terbaik yang dapat kita lakukan untuk kebahagiaan orang lain yang ada di negeri ini tanpa membeda-bedakan. tidak membeda-bedakan berasal dari agama apa, suku apa, ras apa dan yang lainnya. bagaimana kita membuat orang lain bahagia adalah bagian dari hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan.

lalu bagaimana caranya kita membuat orang lain bahagia apabila diri kita sendiri tidak bahagia? Tahu diri. belajarlah untuk memahami diri kita sendiri. Apa kelebihan maupun kekurangan diri kita, keluarga kita, lingkungan kita. dengan menyadari diri kita sendiri, perlahan namun pasti, kita dapat membuat orang lain bahagia. karena tanpa disadari, kita pun menyadari apa yang membuat kita bahagia dengan kelebihan dan kekurangan kita. Akhirnya, kita pun dapat membuat orang lain berbahagia.

Selamat ulang tahun Republik Indonesia..